Sunday 3 June 2012

0 Kebumen Heboh


Dunia pendidikan tingkat dasar di kabupaten Kebumen Heboh, sejumlah buku koleksi perpustakaan dianggap memuat content yang vulgar. Sebanyak 136 Sekolah Dasar (SD) menerima bantuan buku dari proyek Dana Alokasi Khusus (DAK) Perpustakaan tahun 2010. Dalam proyek senilai Rp 12 Miliar tersebut, setiap SD penerima DAK memperoleh jatah 4.540 eksemplar yang terdiri atas 970 judul buku. Dalam setiap judul berisi antara dua eksemplar sampai lima eksemplar. Terdapat empat buku yang dinilai memuat content yang vulgar yaitu,”Ada Duka di Webeng” karangan Jazimah Al Muhyi, “Tidak Hilang Sebuah Nama” karangan Galang Lutfiyanto, “Tambelo Kembalinya si Burung Camar”, dan “Tambelo Meniti Hari di Ottawa”. Content vulgar dalam keempat buku yang menimbulkan kehebohan di kabupaten Kebumen tersebut memuat tentang hubungan intim yang terdapat dalam sebuah dialog dan kiat hubungan intim yang tidak menimbulkan kehamilan.
      Peristiwa heboh di Kebumen menarik untuk dicermati dari berbagai aspek. Dari aspek perencanaan program patut diduga terdapat kekuranghatian ketika menentukan topic buku yang akan diberikan kepada siswa tingkat pendidikan dasar. Aspek kelangkapan sarana prasarana dalam hal ini penambahan koleksi buku perpustakaan menjadi hal yang menggembirakan, mengingat jumlah judul buku yang banyak akan menimbulkan perubahan positif bagi lingkungan sekolah terutama penambahan pengetahuan ketrampilan guru dan siswa. Aspek control masyarakat menjadi bukti keterlibatan masyarakat dalam fungsi pendidikan.
Selain kehebohan tersebut ada hal lain yang patut diperhatikan yaitu menciptakan budaya baca anak-anak sekolah dasar. Minat baca yang rendah merupakan faktor utama kekurang maksimalan pencapaian pengetahuan dan ketrampilan pada diri seseorang. Pemanfaatan indera pendengaran semata dalam proses pembelajaran menjadi hambatan tersendiri mengingat sumber informasi, dalam hal ini guru sangat terbatas. Kemampuan guru yang berbeda dalam meramu informasi bermuatan pendidikan cenderung menciptakan suasana belajar yang tidak efisien. Guru hanya mampu menyajikan point-point inti materi pembelajaran, sementara kompleksitas materi tidak dapat disajikan. Hal ini dapat diminimalisir melalui pemanfaatan indera penglihatan dengan kegiatan membaca.
       Minat baca dapat dikembangkan melalui penciptaan beragam kegiatan guna menumbuhkan minat baca anak. Langkah pertama penyediaan koleksi perpustakaan yang berisi tema-tema yang ringan dan menarik bagi anak, misalnya cerita bergambar yang memuat internalisasi nilai-nilai budaya bangsa. Langkah kedua merencanakan kegiatan membaca ke dalam struktur kurikulum sekolah, alokasi waktu khusus membaca selama kurang lebih 2 jam membiasakan anak dengan kebiasaan membaca. Anak dibebaskan memilih buku yang disukainya kemudian diberi kertas kosong guna menceritakan kembali buku yang dibaca. Langkah ketiga memberikan kesempatan bagi anak guna membawa pulang koleksi perpustakaan apabila diperlukan. Langkah keempat dewan guru memberikan teladan dengan memperlihatkan budaya baca selama berada di lingkungan sekolah. Langkah ke lima pemberian apresiasi positif bagi anak yang telah banyak membaca buku.
          

0 comments:

Post a Comment

 

berbagi cerita dan menuai manfaat Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates