Saturday 21 July 2012

0 Latihan menuju Transendensi Pemikiran


Perkuliahan filsafat ilmu yang kelima dilaksanakan pada hari jumat jam 14.00 sampai jam 16.00 di ruang 201. Pada perkuliahan pertama Prof. Gunawan diawali dengan membuat asosiasi primer dengan mendengar yaitu menggunakan kata kuda, dosen, mahasiswa masing-masing dengan jumlah 10 kata. Dari kata kuda, dosen, mahasiswa, sebenarnya dapat diperoleh ratusan kata yang didapat oleh mahasiswa dan semua pendapat masing-masing mahasiswa tersebut benar.  Setelah itu mahasiswa diminta untuk membuat kalimat dengan salah satu 10 kata dari mahasiswa. Tujuan ini untuk membuka pikiran kita dari batasan-batasan yang dibuat manusia itu sendiri dan melatih mahasiswa untuk berani mengutarakan pemikiran-pemikiran atau pikiran yang diperoleh mahasiswa ke forum dengan tidak takut salah.. Misalnya batasan kota, sebenarya dalam batasan kota tidak ada atau tidak terlihat batasannya.
Membuat asosiasi primer dengan mata, mahasiswa di minta untuk menulis apa saja yang dilihat oleh mata yag dianggap depan dalam ruangan kelas sesuai keinginan mahasiswa. Setelah itu berlanjut dengan melihat lebih sempit lagi dan diperkecil lagi dan ternyata dapat kita lihat bermacam-macam benda. Kegiatan ini bertujuan agar kita dalam memandang apa yang kita lihat tidak ada batasnya. Misalkan dalam sudut layar bisa dilihat berbagai benda yang bisa mencapai ratusan. Sehingga dalam cara memandang sesuatu dapat dipandang dengan berbagai sudut pandang yang bermacam-macam dan berbagai individu cara melihat atau memandang bisa berbeda-beda.  
Dalam perkuliahan prof. Gunawan menggunakan pendekatan LFA (Logical Framework Approach) yaitu pengembang kemampuan memandang dan memecahkan masalah secara akuntabel. Akuntabel yang artinya sampai kapanpun bisa dikejar. Dilatih untuk berfikir secara logika dan berani mengungkapkan pendapat dengan tidak takut salah.



ISI
Perkuliahan filsafat ilmu yang diampu Prof. Gunawan menggunakan pendekata LFA (Logical Framework Approach) yang mempunyai arti pengembang kemampuan memandang dan memecahkan masalah secara akuntabel. Dalam hal ini manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Letak kesempurnaan manusia ini dibandingkan dengan makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain adalah pada kelengkapan kemampuannya, yaitu kemampuan berfikir, berbuat dan merata yang terpadu dalam ruang dan waktu.
Kemampuan berfikir manusia yang paling hakiki adalah kemampuan membedakan ruang dan atau waktu. Kemampuan membedakan waktu ini memberikan kemungkinan bagi manusia untuk dapat menghubungkan fenomena diwaktu lampau. Dalam perjalanan hidup manusia dalam ruang dan waktu (lampau, sekarang dan akan datang) yang membentuk kontinum (tidak terputus-putus) memposisikan manusia menjadi makhluk yang selalu telah, sedang dan akan belajar dengan tiada henti sepanjang hayat (lifelong learning). Semua gejala alam bersifat kontinum tergatung dengan pemikiran alam.
Ketika di setiap pasangan ruang dan waktu manusia memanfaatkan kemampuan puncak, berfikirnya masing-masing baik sebagai hasil belajar dari perjalanan hidup masing-masing mampu memanfaatkan hasil belajar orang lain khususnya hasil belajar para ahli maka pada kondisi inilah dapat dikatakan bahwa yang bersangkutan menggunakan LFA (Logical Framework Approach) atau pendekatan berfikir logis.
Demikian isi perkuliahan pada hari jumat siang berdampak pada mahasiswa terutama penulis bahwa dalam berfikir dengan menggunakan logika dan tidak takut salah untuk mengungkapkan suatu pendapat atau pemikiran ke forum, serta selalu ingin belajar terus menerus sepanjang hayat.


PENUTUP
Perkuliahan ini membuka pemikiran kita bahwa kita dilatih untuk membuka wawasan kita, membuka pikiran kita bahwa dalam berfikir kita tidak ada batasan-batasan dalam berfikir dan berfikir logis. Di Indonesia terdapat berbagai tempat seperti kota, desa dan pantai, pulau dan sebagainya mempunyai karakter yang berbeda-beda. Dalam pendidikan indonesia menerapkan batasan nilai kelulusan padahal kemampuan masing-masing tempat tidak sesuai dengan kemampuan murid di masing-masing daerah, hal ini berbeda dengan pendidikan yang ada di negara finlandia bahwa negara finlandia yang mengutamakan pendidikan dengan memiliki pendidik yang berkualitas walaupun gaji tidak seberapa.
Dalam mata kuliah filsafat ilmu pada moment ini mengajak mahasiswa terutama untuk berfikir logis dan selalu belajar dan belajar tanpa ada batasnya atau sepanjang hayat tanpa ada batasan ruang dan waktu. Karena manusia di ciptakan Tuhan lebih sempurna di antara makhluk-makhluk yang diciptakanNya sehingga dengan adanya perkuliahan ini dapat dimanfaatkan dan diterapkan dengan baik sehingga berguna pada saatnya nanti.

Friday 20 July 2012

0 Sholat Terawih di Masjid Istiqlal

Jakarta - Salat tarawih pertama bulan Ramadan di Masjid Istiqlal digelar malam ini. Ribuan jamaah memenuhi shaf-shaf di masjid terbesar di Asia Tenggara ini.

Pantauan detikramadan, Jumat (20/7/2012) pukul 19.00 WIB, ribuan umat Islam memenuhi hampir dua pertiga ruang utama salat Masjid Istiqlal yang berkapasitas kurang lebih 60 ribu jamaah tersebut. Mereka sudah berdatangan sejak pukul 17.00 WIB. Kebanyakan datang bersama keluarga masing-masing. 


Umumnya, jamaah yang datang berasal dari berbagai kawasan di Ibukota. Ketua DPR Marzuki Ali juga tampak hadir mengkuti salat tarawih perdana tersebut. 

"Tarawih hari-hari pertama memang biasanya penuh masjidnya, tapi nanti menurun dan naik lagi menjelang Lebaran," jelas Kasubdit Diklat Masjid Istiqlal, Nafin Jamaludin.

Salat tarawih itu dipimpin imam Masjid Istiqlal, Ahmad Rofiuddin Mahfudz. Sementara Khotbah tarawih akan disampaikan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Abdul Djamil.

Sementara itu lalu lintas di sekitar masjid Istiqlal masih terpantau lancar. Namun area parkir kendaraan di sekitar masjid terpantau penuh. Sejumlah pedagang makanan terlihat berjualan dekat pintu-pintu masuk masjid.

Sumber: http://ramadan.detik.com/read/2012/07/20/205010/1971032/631/malam-pertama-ramadan-ribuan-jamaah-salat-tarawih-di-masjid-istiqlal?992204cbr

0 Apple, Komputer Layar Sentuh


Apple kembali mendaftarkan paten terkait teknologi layar sentuh. Adapun paten yang baru berhasil didapatkan Apple kali ini merupakan paten tentang tampilan antar-muka (interface) untuk menampilkan dokumen, list, pesan teks, email, dan hal lain yang secara umum digunakan di layar smartphone.

Paten itu didaftarkan Apple di wilayah hukum Amerika Serikat dengan nomor paten US 8.223.134 (di berita sebelumnya ditulis 8.223.141, red). Daftar paten itu didaftarkan Apple melingkupi "Portable Electronic Device, Method, and Graphical User Interface for Displaying Electronic Lists and Documents". 


Dalam daftar itu, Apple juga menulis Senior Vice President of iOS Software Scott Forstall sebagai salah satu inovator dari produk yang dipatenkan. Forstall merupakan orang kepercayaan pendiri Apple Steve Jobs saat mendirikan perusahaan komputer NeXT.

The Verge menyebut secara umum paten itu melingkupi teknologi yang digunakan perangkat portabel dengan teknologi layar sentuh. Sedangkan secara spesifik, paten itu terkait metode scrolling di dokumen dan list.

Di perangkat iOS milik Apple, scrolling di dokumen atau list akan memicu kemunculan sebuah bar di sisi kanan layar. Bar itu juga akan menunjukkan posisi layar yang saat itu sedang dibuka, dari keseluruhandisplay.

Scrolling bar
 ini memberikan indikasi kepada pengguna mengenai seberapa jauh mereka telah men-scrolldokumen. Sebenarnya, metode ini sama seperti yang telah digunakan software Microsoft Word selama bertahun-tahun. Tapi bar yang digunakan di Word merupakan bar permanen, yang tidak hilang jika tidak disentuh atau tidak muncul ketika layar disentuh.

Incar AndroidDengan paten yang didaftarkan, timbul kecurigaan bahwa Apple sedang menyiapkan 'amunisi' untuk melanjutkan perang paten dengan para pesaingnya. Secara jelas, ini terlihat dari paten yang secara umum terdapat di perangkat portabel dengan layar sentuh.

Sedangkan mengenai teknologi scroll bar yang dipatenkan Apple, teknologi ini juga telah digunakan sejumlah sistem operasi mobile seperti Android dan Windows Phone. Tapi The Verge menyebut Apple mendaftarkan paten itu untuk mengincar sistem operasi Android.

Menurut The Verge, Android memang baru menggunakan scroll bar itu sejak versi Android 2.3 Gingerbread. Sedangkan, mengutip laman TechRadar, Apple pertama kali mengajukan paten itu di tahun 2007, kemudian kembali menyodorkannya di tahun 2008. Lalu, Apple kembali mengajukan paten di bulan Maret, yang lalu dikabulkan 17 Juli kemarin.
Perang Layar Sentuh?
Di tahun 2007, smartphone memang masih didominasi perangkat dengan tombol. Kemudian, Apple meluncurkan iPhone dengan antarmuka layar sentuh. Teknologi ini kemudian diikuti perusahaan lain.
Meski begitu, masih belum jelas mengenai apa yang akan dilakukan Apple dengan paten itu. Jika tidak menggunakannya untuk gugatan di pengadilan, sepertinya Apple berusaha memberi penegasan bahwa paten terkait layar sentuh dan fitur scrolling merupakan bagian dari portfolio milik mereka.

Namun jika paten ini digunakan, Apple memiliki 'amunisi' lengkap untuk mengajukan gugatan terhadap sistem operasi lain yang menggunakan teknologi layar sentuh. Sebelumnya, di paten nomor 7.479.949, Apple juga telah mengajukan paten yang melingkupi "Touch Screen Device, Method, and Graphical User Interface for Determining Commands by Applying Heuristics". Paten yang diberikan ke Apple pada 2009 itu terkait gerak dan gesture jemari di layar sentuh untuk memproses sistem perintah.

Dengan sejumlah paten ini, Apple seperti mewarisi sumpah Steve Jobs yang pernah mengancam akan melakukan 'perang nuklir' melawan Android. Saat itu, Steve Jobs menuduh Google mencuri ide dan konsep Apple, saat mengembangkan iPhone.

Meski begitu, Apple belum pernah terlibat perang paten dengan Google di pengadilan. Apple lebih memilih untuk mengajukan gugatan kepada pengguna sistem operasi Android, seperti Samsung atau HTC.

Jadi dengan paten yang baru didapat Apple, sebuah pertanyaan yang sejak dulu diajukan pun terlontar kembali: Apakah Apple berani melakukan perang paten melawan Google? (eh)

0 JADWAL IMSAKIYYAH RAMADHAN TAHUN 2012/

Yang belum kebagian jadwal imsakiyyah dari toko maupun lembaga-lembaga lain, silahkan cek disini.... 

Saturday 14 July 2012

0 Transdisiplin



MEMAHAMI KONSEP TRANSDISIPLIN
“Kompleksitas adalah hukum alam dan kesaling-terkaitan antar komponen yang kompleks tersebut adalah juga hukum alam.”
Paper sebagai tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu, S2 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Oleh : Imam Subarkah, S.PdI
Apgar et. Al. (2009:1), menyatakan bahwa, “Masalah paling penting yang dihadapi manusia adalah masalah kompleksitas yang dicirikan dengan ketidak menentuan, multiperspektif dan proses salingketerkaitan antara satu sama lain”. Penjelasan ini memperkokoh pemahaman kita tentang hukum alam (sunatullah), bahwa kompleksitas adalah hukum alam dan kesaling-terkaitan antar komponen yang kompleks tersebut adalah hukum alam. Penjelasan inipun menunjukkan bahwa semua permasalahan yang dihadapi manusia tidak dapat dipahami dan dipecahkan dengan hanya menggunakan satu sudut pandang atau lebih singkatnya dengan tidak hanya menggunakan satu disiplin. Faktanya, semua teknologi sebagai penerapan ilmu untuk kebutuhan praktis manusia merupakan sinergi antar berbagai disiplin. Sebagai contoh, kenyamana suatu kursi empat kaki yang sering kita duduki merupakan sinergi antara disiplin ilmu matematika, fisika, ergonomi, dan lain-lain. Asumsi inilah yang membuat para pakar, khususnya mereka yang berkecimpung dalam penelitian atau upaya memahami dan memecahkan masalah apapun memandang perlu menggunakan pendekatan lintas-disiplin (transdisiplin).
Makalah ini akan mengupas tentang konsep Transdisiplin dalam upaya memahami dan memecahkan masalah kompleks dan urgensi pendidikan. Pembahasan akan meliputi konsep transidsiplin itu sendiri dan implikasi transdisiplin dalam membangun manusia sebagai pewaris kemaslahatan tidak hanya sesama manusia, tapi keberlangsungan bumi dan alam semesta.

ISI
“Setiap masalah adalah kompleks. Tidak bisa dipahami dan dipecahkan dengan dan dari hanya satu sudut pandang atau disiplin.”
Apakah Transdisiplin itu? Apa bedanya dengan “single discipline”, multidisiplin, dan interdisiplin? Apakah Transdisiplin itu suatu metode atau pendekatan? Transdisiplin sama halnya dengan multidisiplin atau interdisiplin merupakan suatu konsep istilah (terminologi) yang memiliki makna tersendiri yang membedakannya dengan yang lain.
Dalam proceeding Simposium Internasional UNESCO (1998:5) berjudul: “Transdisciplinarity: Towards Integrative Process and Integrated Knowledge”, dikutip ungkapan Prof. Sommervile yang menyatakan bahwa, “We speak the language of our discipline, which raises two problems: first, we may not understand the languages of the other disciplines; second, more dangerously, we may think that we understand these, but do not, because although the same terms are used in different disciplines, they mean something very different in each”. Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa kita sering berbicara dengan bahasa disiplin kita. Padahal terkadang hanya akan menimbulkan dua masalah. Pertama, kita mungkin tidak memahami bahasa disilpin ilmu yang lain dan kedua, lebih berbahaya lagi, kita mungkin berpkiri bahwa kita memahami masalah tersebut berdasarkan disiplin kita, padahal tidak. Karena meskipun satu istilah yang sama digunakan dalam disiplin yang berbeda, istilah-istilah tersebut memiliki makna yang sangat berbeda sehingga dipahami dengan cara yang berbeda pula. Artinya, setiap masalah adalah kompleks. Tidak bisa dipahami dan dipecahkan dengan dan dari hanya satu sudut pandang atau disiplin. Itulah gunanya sinergi lintas disiplin (transdiscilinary synergy).

“Trandisiplin adalah strategi penelitian bertujuan untuk memahami dan memecahkan masalah secara holistik melibatkan lebih dari dua disiplin (lintas-disiplin) .”
“Trandisiplin bukanlah suatu disiplin baru, tapi pendekatan, proses memahami dan memecahkan masalah kompleks dengan mengintegrasikan dan mentransformasikan berbagai sudut pandang berbeda .”
Secara sederhana, Transdisiplin didefinisikan sebagai suatu proses yang dicirikan dengan adanya integrasi upaya dari berbagai disiplin (multi-disciplines) untuk memahami isu atau masalah (UNESCO, 1998:31). Ini adalah konsep yang paling sederhana tentang Transdisiplin. Beberapa pakar dalam Simposium Internasional tentang Transdisciplinarity yang diselenggarakan oleh UNESCO (1998:24) mendefinisikan Transdisiplin sebagai berikut:
·         Transdisiplin adalah proses mentransformasi (mengubah) dan mengintegrasikan (memadukan) dari berbagai prspektif terkait untuk memahami (mendefinisikan) dan memecahkan masalah kompleks. (Prof. William Newel).
·         Transdisiplin adalah mengintegrasikan dan mentrasnformasikan bidang-bidang pengetahuan dari berbagai perspektif untuk meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang ingin dipecahkan agar memperoleh keputusan/pilihan lebih baik di masa mendatang. (Prof. Gavan MacDonnel).
·         Transdisiplin bukanlah suatu disiplin, tapi pendekatan, proses untuk meningkatkan pengetahuan dengan mengintegrasikan dan mentransformasikan berbagai sudut pandang (perspektif) yang berbeda. (Massimiliano Lattanzi).

PENUTUP
Urgensi Pendidikan Transdisiplin
“Transdisiplin dapat dipandang sebagai proses dan sikap.”
Lebih jauh, Prof. Sommerville (UNESCO, 1998:14) menambahkan metaforanya dengan mengatakan bahwa, “Kebanyakan dari “batu-bata” yang kita gunakan untuk mengembangkan bangunan pengetahuan, bukanlah barang baru (batu-bata lama seperti biasa). Namun, karena cara kita mengorganisasikan “batu-bata” tersebut sebelum menjadi bangunan, yaitu aktifitas transdisiplin, adalah baru, maka sebagai konsekuensi, bangunan yang dihasilkanpun adalah baru.“ Artinya, dengan pendekatan transdisiplin, karena setiap permasalahan kompleks dipahami dari berbagai sudut pandang (lintas disiplin), maka akan selalu ada solusi baru yang lebih komprehensif dan holistik. Pernyataan ini, menekankan pula bahwa aktifitas transdisiplin bukanlah disiplin baru dan mengabaikan disiplin yang telah ada, tapi merupakan upaya untuk mensinergikan dari berbagai disiplin yang ada untuk menjawab isu yang kompleks karena kompleksitas itu sendiri adalah realita dan merupakan hukum alam yang tak terbantahkan adanya.
Penulis menutup makalah ini dengan mengajak pembaca untuk bersama-sama merenungkan dan menyadari betapa pentingnya Transdisiplin dalam kehidupan manusia. Sehingga kemapuan untuk melakukan dan bertindak transdisiplin menjadi suatu kebutuhan dan menjadi keharusan.
Mengacu pada konsep Transdisiplin seperti telah dibahas secara panjang dan lebar di atas, penulis menyimpulkan bahwa Transdisiplin dapat dipandnag sebagai proses dan sikap. Sementara antara transdisiplin sebagai proses dan sikap bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Artinya, pendekatan transdisiplin, yaitu proses memahami dan memecahkan masalah kompleks dengan mentransformasikan dan mengintegrasikan berbagai sudut pandang (disiplin) yang relevan, maka orang-orang yang terlibat secara kolaboratif sejak awal didalamnya harus memiliki sikap transdisiplin, yaitu orang-orang yang berpikiran terbuka (open minded) , berpikiran sistemik (systemic thinking), dan dimana bekerja secara kolaboratif telah menjadi kebiasaan (habit).

“Belajar dari konspe dan gerakan transdisiplin, maka sistem pendidikan kita masih harus dibenahi dari berbagai sisi sehingga lebih berorientasi pada semangat memanusiakan manusia sebagai khalifah dimuka bumi (semangat transdisiplin.”
manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Gerakan transdisiplin, seperti tertuang dalam pasal 11, menyatakan bahwa:
“An appropriate education should not value abstraction over other forms of knowledge. It should teach contextual, concrete and global approaches, Transdisciplinary education is founded on the reevaluation of the role of intuition, imagination, sensibility and the body in the transmission of knowledge.”
Pendidikan yang tepat adalah pendidikan yang tidak menekankan pada abstarksi bentuk pengetahuan lain. Tapi harus mengajarkan pendekatan kontekstual, konkrit dan global. Pendidikan transdisiplin dibangun atas dasar reevaluasi peran intuisi, imajinasi, kepekaan dan tubuh dalam transmisi pengetahuan. Seaton (2002) seperti dikutip oleh Hasan (2007:4) menyatakan bahwa pendidikan harus memperluas tujuan tradisional yang hanya menekankan pada penguasaan materi, tapi harus mengembangkan individu yang mampu berhadapan dengan dunia sosial, ekonomi, politik, budaya yang kompleks dan berubah-ubah.”
Bagaimana dengan sistem pendidikan kita? Penulis sepakat dengan pendapat Prof. S. Hamid Hasan (Hasan, 2007:8) bahwa sistem pendidikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, belum mencerminkan semangata pendidikan transdisiplin. Baik Standar Isi, Standa Kompetensi Lulusan dan bahkan Standar Proses masih menekankan pada upaya untuk membuat siswa menguasai materi palajaran. Begitu pula halnya dengan sistem evaluasi, khususnya ujian nasional yang jelas hanya menuntut penguasaan materi. Artinya, belajar dari konsep transdisiplin ini, nampaknya sistem pendidikan nasional masih perlu dibenahi, baik dari sisi kurikulum, sumber daya tenaga pendidikan kependidikan, sarana dan prasarana, kebijakan dan lain-lain yang selaras dengan semangat memanusiakan manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Semangat ini, tidak lain dan tidak bukan adalah semangat transdisiplin. 

Thursday 12 July 2012

0 Konsep Sekolah Unggul

A.      Pendahuluan
Dalam pendidikan formal, kita mengenal Istilah Sekolah Berstandar Internasional (SBI). Secara sederhana dapat dimaknai sebuah lembaga pendidikan di bawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ditingkat Menengah Pertama maupun Menengah Atas yang menerapkan standar-standar system pendidikan internasional dalam system pendidikannya. Asumsi makna sekolah berstandar internasional beragam di masyarakat sesuai dengan tahap kematangan wacana dan berpikir mereka, sekolah berbahasa asing (bahasa Inggris atau bahasa asing lain), sekolah bertarif internasional, sekolah yang input siswanya mempunyai NEM tinggi bahkan lebih ekstrim lagi sekolah bagi orang kaya saja.

Sekolah Plus, Full Day School, Sekolah Islam, dan beragam nama lain dipatenkan guna mensosialisasikan pada masyarakat akan “nilai lebih” dari sekolah tersebut. Kurikulum secara formal disusun di atas kertas guna memenuhi syarat administrative keberadaan “nilai lebih”  walaupun pada tingkat praksis tidak diberlakukan system control yang ketat. Kegiatan ekstrakurukuler dengan kualitas dan kuantitas maksimal di programkan dengan maksud melengkapi “nilai lebih” yang ada, dan banyak inovasi, penambahan, pencirian khusus dilakukan demi menunjukkan keberadaan “nilai lebih” dari sekolah yang dikelola. Madrasah yang bernaung pada Kementrian Agama juga melakukan hal serupa dengan melabelkan Kata Takhassus, Keagamaan, dengan maksud menunjukkan “nilai lebih” dari lembaga yang dinaunginya. Secara ringkas kita bisa mengelompokkan maksud pelabelan di atas ke dalam istilah “sekolah unggul” karena keinginan mendasar dari pelabelan SBI, Full Day School, Sekolah Plus, Sekolah Islam, Madrasah Takhassus, Madrasah Keagamaan adalah menunjukkan bahwa dirinya berbeda dan mempunyai kelebihan disbanding lainnya.
Pertanyaan mendasar yang bisa diajukan apabila masing-masing sekolah memandang dirinya sebagai sekolah unggul, lantas yang memang benar-benar unggul yang  mana? Bagaimana criteria sekolah unggul ? mengapa menyebut dirinya sebagai sekolah unggul? Dan untuk apa manfaat menyatakan diri sebagai sekolah unggul ? tulisan di bawah ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas secara obyektif, mendalam, argumentative berdasarkan tingkat ketajaman penulis.
B.      ISI
Belajar sebagai proses yang dialami siswa di sekolah berdasarkan tujuan belajar yang ditetapkan UNESCO ialah; learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together sehingga sekolah dianggap unggul ketika mampu memciptakan suasana belajar di mana siswa mampu mengetahui, melaksanakan, menjadi sesuatu yang dicita-citakan lembaga tersebut serta mampu hidup bersama diatas keragaman budaya. Pelabelan dengan identitas tertentu yang dianggap mempunyai “nilai lebih” akan benar-benar mempunyai nilai lebih bila mampu mengantarkan siswa menjadi pembelajar yang memenuhi tujuan belajar menurut UNESCO. Tujuan belajar menurut UNESCO dijadikan sebagai tolok ukur menentukan keunggulan sebuah sekolah dengan cara menyesuaikan hasil belajar dengan tujuan belajar yang tercantum dalam visi-misi sekolah tersebut sehingga bisa jadi sekolah yang tidak melabelkan dirinya sebagai sekolah unggul justru secara riil adalah sekolah unggulan. Keunggulan di tentukan oleh ketercapaian tujuan belajar bukan dilihat berdasarkan pelabelan sekolah, penyusunan kurikulum ideal di atas kertas, biaya pendidikan yang mahal, input siswa dengan nilai NEM tinggi dll.
Pelabelan dengan “nilai lebih” justru menimbulkan pertanyaan beragam dalam masyarakat, menurut penulis “nilai lebih” tidak perlu ditonjolkan akan tetapi akan terjadi dengan sendirinya ketika proses pembelajaran sudah menghasilkan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pelabelan “nilai lebih” secara riil hanya untuk mengakses turunnya bantuan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayan, pelabelan hanya sekedar ajang gagah-gagahan semata tanpa menyentuh esensi dari makna sekolah unggul itu sendiri, pelabelan seringkali hanya untuk menunjukkan identitas dengan tujuan membedakan diri terhadap sekolah lain.

C.  Kesimpulan
Berdasarkan tulisan di atas penulis sampai pada kesimpulan
  • Sekolah yang unggul ialah sekolah yang mampu menciptakan kondisi belajar sehingga siswa mampu belajar tahu, belajar mengerjakan, belajar menjadi dan belajar untuk hidup bersama dalam keragaman;
  • Pelabelan sebuah sekolah dengan identitas tertentu  dengan tujuan mensosialisasikan nilai lebih belum tentu di ikuti kebenaran dari “nilai lebih” itu sendiri
  • Tujuan pelabelan kebanyakan bersifat formal dan belum mencapai tahap isensial demi memperoleh perhatian dari kementrian pendidikan dan kebudayaan ataupun kementrian agama

Wednesday 11 July 2012

0 Gerund dan Invinitive


GERUND

Definisi Gerund
Ø  A gerund = the –ing form of a verb (e.g., talking, playing, understanding)
Ø  Gerund adalah bentuk verb-ing yang berfungsi sebagai noun (kata bnda).
Ø  Gerund memiliki bentuk yang sama dengan present participle, namun memiki fungsi yang berbeda. Gerund selalu berfungsi sebagai noun sedangkan present participle dapat berfungsi (menjadi) verb atau adjective. Perhatikan kalimat contoh berikut:
  1. Walking is a good exercise.
Walking = gerund, digunakan sebagai subject of the sentence.
  1. Bob and Ann are playing tennis.
Playing = present participle, digunakan pada present continuous tense.
  1. I heard some surprising news.
Surprising = present participle, digunakan sebagai adjective.

Fungsi Gerund dalam Sentence
1.      Sebagai subject
Seeing her frequently made him very joyful.
2.      Sebagai direct object
I really like teaching.
I reaaly enjoyed writing.
3.      Sebagai object of preposition(setelah preposition)
o      I am tired of running.
o      We talked about not going the meeting, but finally decided we should go.
o      They are interested in learning Information Technology.
o      Mrs. Rose is in charge of organizing the meeting.
o      I am accustomed to walking in every Sunday morning. (be + accustomed to + gerund)
o      I am used to walking in every Sunday morning. (be + used to + gerund)
o      We look forward to buying a note book nexth month. (look forward to + gerund)
o   We  object to changing our plan to visit Gembiraloka because we have prepared all. (object to + gerund)
4.      Sebagai subject complement(pelengkap subject)
o   My favorite sport is swimming.
o   The most difficult session (part) on TOEFL test for me is listening.
5.      Sebagai modifier (menerangkan kata lain)
Ironing board, reading lamp, parkingarea, waiting room, dining room, swimmingpool, teaching method.
6.      Sebagai appositive (keterangan tambahan)
o   Mr. Harits’ favorite sport, swimming, is a good exercise.
o   You can do this duty, memorizing, while doing other activities.

Gerund memiliki sifat seperti noun, yaitu:
1.      Gerund dapat diterangkan oleh adjective.
o   Both my father and my mother like slow driving.
o   My friend, Mr. Budi, is always able to enjoy loud reading when he studies something.
2.      Gerund dapat diterangkan oleh possessive pronoun ataupun possessive noun.
I’m proud of Mr. Harry’s writing.
My mother likes Mrs. Ann’s riding.
3.      Gerund yang memiliki bentuk jamak diantaranya adalah blessings, weddings.

Gerund memiliki sifat seperti verb, yaitu:
1.      Gerund yang berasal dari transitive verb dapat mempunyai object
o   Reading a novelis his hobby.
o   He is clever at writing a scientific essay.
2.      Gerund dapat diterangkan oleh adverb
Singing a song beautifully is the one thing which she needs to do.

Pola-pola Gerund
1.      Verb + Gerund (Bermakna Aktif)
Verbs berikut harus diikuti oleh gerund:


a.       admit  
b.      appreciate
c.       avoid
d.      consider (think about)
e.       defer
f.        delay
g.      deny
h.      detest
i.        discuss (talk about)
j.        enjoy
k.      escape
l.        finish (get throuh)
m.    forgive
n.      imagine
o.      mention
p.      keep (keep on)
q.      notice
r.       postpone (put off)
s.       practice
t.        prevent
u.      quit (give up)
v.      resent
w.    resist
x.      risk
y.       stop
z.       suggest
aa.   understand
bb.  dread
cc.   fancy
dd.involve


  • She is a woman so that she dreads climbing a roof.
  • She will keep studying English seriously.
  • His mother suggested having lunch before we leave.

2.      Verb + Gerund (Bermakna passive)
o   Need. The car needs washing.
o   Want. Your hair wants cutting.
o   Require. This position requies fulfilling by an expert of Information Technology.
o   Desrve. She deserves loving by her students.

3.      No + Gerund (Short Prohibitation)
o   No littering!
o   No cheating!
o   No smoking!

4.      Mind + Gerund
v  Biasa digunakan pada klimat negatif atau tanya (permintaan halus).
o   Would you mind waiting a moment?
o   I don’t mind bringing these books.
v  Pola: Mind + Gerund
Atau Mind + Noun + Gerund
Atau Mind + Object Pronoun + Gerund
Atau Mind + Possessive Adjective + Gerund
o   My family don’t mind living here.
o   My family don’t mind Mr. Robert living here.
o   My family don’t mind him living here.
o   My family don’t mind his living here.

5.      Verb + Gerund = Verb + Infinitive (Dua Pola yang Bermakna Sama)


a.       begin
b.      start
c.       continue
d.      like
e.       love
f.       prefer
g.      hate
h.      can’t stand
i.        can’t bear


o   I have begun studying (= to study) English seriously since two months ago.
o   I can’t stand seeing (= to see) the suffering of palestinian anymore.
6.      Verb + Gerund Verb + Infinitive (Bermakna berbeda)


a.       stop
b.      quit
c.       remember
d.      forget
e.       regret
f.       try


Stop dan quit
  • Mr. Andy has stopped smoking. (sudah berhenti merokok)
  • Mr Andy stopped to smoke. (berhenti dari suatu aktivitas untuuk merokok)
Remember and forget
  • Mr. Peter always remembers to visit his beloved grand mother every week.
  • Mr. Pee often forgets to lock the door.
  • Mr. Peter still remembers visiting his beloved grand mother for the first time after getting married.
  • Mr. Pee often forgets visiting the new house of mine.
Regret
  • I regret to tell you that you failed the test.
  • I regret lending him some money.
Try
  • I am trying to learn English
  • The room was hot. I tried opening the window, but that didn’t help. So, I tried turning on the fan, but I was still hot. Finally I turned on tha air conditioner.

7.      Verb Phrase (Verb + Preposition) + Gerund


a.       be for
b.      care for
c.       keep on
d.      look forward to
e.       be againts
f.       give up
g.      leave off
h.      put off
i.        see about
j.        take to


o   I don’t care for standing in queues.
o   He is looking forward to meeting her.

8.      Verb/expression + Gerund;
  • My teacher disliked coming late.
Verb atau expression yang dimaksud di atas adalah:


a.       dislike
b.      dread
c.       fancy
d.      involve
e.       like (negative)
f.       mean
g.      mind
h.      propose
i.        recollect
j.        remember
k.      resent
l.        save
m.    stop
n.      suggest
o.      understand
p.      approve/disapprove of
q.      it’s no good/use
r.        there’s no point in
s.       insist on
t.        object to
u.      what the point of


Atau pola di atas dapat diungkapkan dengan cara lain di bawah ini:
Verb/expression + Possessive Adjective + Gerund;
My teacher disliked my coming late. atau
Verb/expression + Object Pronoun + Gerund;
My teacher disliked me coming late.

9.      Verb + Possessive Adjective + Gerund;
Forgive my disturbing you. Atau
Verb + Object Pronoun + Gerund;
Forgive me disturbing you. Atau
Verb + Object Pronoun + Preposition + Gerund;
Forgive me for disturbing you.





10.  Go + Gerund
Go is followed by a gerund in certain idiomatic expressions to express, for the most part, recreational activities.


a.       go bird watching
b.      go boating
c.       go bowling
d.      go camping
e.       go canoeing
f.       go dancing
g.      go fishing
h.      go hiking
i.        go jogging
j.        go mountain climbing
k.      go running
l.        go sailing
m.    go shopping
n.      go sightseeing
o.      go skating
p.      go sledding
q.      go swimming
r.        go tobogganing
s.       go window shopping


o   Did you go shopping?
o   We went fishing yesterday.

  
B.     Fungsi To Infinitive dalam sebuah kalimat
1.  Subject                                    => to love you makes me bored
2.  Object of Verb                        => I would lake to say I miss you
3.  Head (To infinitive phrase )    => To love you is boring
4.  Modifier                                  => I just call to say
5.  Complement                            => She has to go (She must go )
                                     I am about to go
           

 

berbagi cerita dan menuai manfaat Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates