Dalam rangka mengunjungi kerabat di luar daerah kami menggunakan mobil Daihatsu hijet 1000 tahun 1985. Perjalanan dari kota ciamis menuju kabupaten ponorogo ditempuh kurang lebih selama 15 jam. Selama perjalanan tidak ditemui kendala pada mesin, hanya suspensi dirasakan kurang nyaman. Kondisi mesin Daihatsu tahun 1985 ini ternyata cukup “bandel” dalam artian selama 15 jam perjalanan tidak pernah mogok. Konsumsi bahan bakar relative masih irit, dari perjalanan kebumen ke ponorogo hanya merogoh kocek Rp. 80.000.
Kondisi interior mobil kami tidak mengecewakan. Kulit jok dan atap masih terlihat baik dan terawat, atap bermotif kembang berisi busa yang dilapisi kain halus warna cokelat susu. Kondisi kaca jendela masih berfungsi baik, buka dan tutup jendela tetap mudah dan tidak sulit. Permasalahan kecil ada di pintu bagasi, pintu bagasi susah dibuka sehingga semua barang harus ditaruh di dalam kabin penumpang. Panel-panel pintu yang meliputi alat naik-turun kaca jendela, panel pegangan pintu, panel pengunci pintu masih berfungsi dengan baik. Kondisi lampu interior dan eksterior menyala terang, meskipun lampu di bagian belakang tidak nyala karena panel on/of kemungkinan rusak.
Kondisi interior mobil kami tidak mengecewakan. Kulit jok dan atap masih terlihat baik dan terawat, atap bermotif kembang berisi busa yang dilapisi kain halus warna cokelat susu. Kondisi kaca jendela masih berfungsi baik, buka dan tutup jendela tetap mudah dan tidak sulit. Permasalahan kecil ada di pintu bagasi, pintu bagasi susah dibuka sehingga semua barang harus ditaruh di dalam kabin penumpang. Panel-panel pintu yang meliputi alat naik-turun kaca jendela, panel pegangan pintu, panel pengunci pintu masih berfungsi dengan baik. Kondisi lampu interior dan eksterior menyala terang, meskipun lampu di bagian belakang tidak nyala karena panel on/of kemungkinan rusak.
Kondisi perjalanan dari kebumen hingga ponorogo berjalan aman dan lancar. Kecepatan mobil Daihatsu hijet 1000 bisa mencapai kecepatan 80 Km/jam dengan suara mesin mobil yang stabil dan tidak meraung. Sepanjang perjalanan banyak pengendara kendara lain yang menyempatkan sejenak memandang mobil yang kami tumpangi, kemungkinan heran dengan kemampuan kendaraan yang masih prima. Lalu lintas tersendat di jalan-jalan utama kota solo, antrian kendaraan di lampu merah mengular hingga kurang lebih 2 km sehingga, 1 lampu merah menyita waktu sekitar 15 menit.
Pukul 18.20 kami beristirahat di sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum di kota Sragen. Sholat magrib dan isya dijama’ qoshor, selesai sholat makan bersama dengan menu ikan bawal, daging ayam plus oseng-oseng terong dengan sambal manis pedas menjadi menu yang lezat guna mengisi perut yang keroncongan. Perut kenyang dan hati senang, perjalanan dilanjutkan tepat pukul 19.15. Tepat pukul 23.00 WIB kami tiba di ponorogo
0 comments:
Post a Comment