Saturday 7 July 2012

0 Ajaran Ki Hajar Dewantara


KI Hajar Dewantara sebagi bapak pendidikan nasional mempunyai banyak ajaran yang bisa digunakan sebagai landasan dalam proses pendidikan. Tiga ajaran yang sangat terkenal dari beliau adalah ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani. Ing ngarso sung tulodho secara ringkas dapat dipahami bahwa seorang pemimpin (dalam profesi dan jabatan apapun) harus mampu menjadi contoh dalam segala aspek oleh seluruh pihak yang dipimpinnya, ing madyo mangun karso memberikan ajaran bahwa pemimpin berada di tengah-tengah pihak yang dipimpinnya dengan maksud pemimpin memahami riil permasalah dan mencarikan solusi terhadap permasalahan tersebut serta tut wuri handayani yang dapat dimaknai bahwa seorang pemimpin dituntut sanggup memberikan motivasi dan menciptakan suasana sehingga pihak yang dipimpinnya senantiasa mempunyai produktifitas tinggi
Berdasar informasi dari media massa, dalam hal ini media televisi dan media cetak kita sering membaca dan melihat hitam –putih profil pemimpin kita, baik pemimpin di bidang eksekutif, yudikatif, maupun legislative. 

Dalam acara Indonesia lawyer club ditampilkan aneka permasalahan yang dialami pemimpin kita, permasalahan seputar korupsi, kolusi, nepotisme, penyalahgunaan wewenang dan sebagainya menjadi topik yang selalu dibahas dalam acara diskusi tersebut. Korupsi dengan hitungan milyar dilakukan oleh pemimpin-pemimpin dalam segala bidang, seperti :
·         Korupsi wisma atlet,
·         Suap pemilihan deputi Bank Indonesia,
·         Korupsi oleh pergawai ditjen pajak,
·         Pelanggaran HAM dalam kasus Mesuji,
·         Penyelewengan dana APBD,
·         Pembelanjaan bersumber  dari APBN dengan alokasi yang tidak rasional dan lain-lain.
Prestasi dan penghargaan yang diterima oleh para pemimpin seperti rangkaian penghargaan yang diterima oleh gubernur jawa tengah, capaian –capaian dalam penanganan kejahatan terorisme oleh institusi POLRI, pemenjaraan terpidana kasus korupsi oleh Komisis Pemberantasan Korupsi (KPK) dan lain-lain merupakan hal lain yang patut kita apresiasi. 
Karakteristik pemimpin dalam ajaran Ki Hajar Dewantara patut direnungkan, diapresiasi bahkan dijadikan sebagai ruh pendidikan dalam pengkaderan para calon pemimpin kita di segala bidang. Keserasian langkah semua komponen negara (eksekutif, legislative, yudikatif) dalam memberikan tauladan kepemimpinan yang bersih dari korupsi, kolusi dan nepotifme menjadi hal wajib yang harus dipenuhi dalam rangka memberi contoh kepada pihak yang dipimpinnya.
Pandangan yang menyatakan bahwa pendidikan terjadi hanya di lembaga pendidikan formal selayaknya dirubah. Proses tumbuh kembang anak terjadi di lingkungan beragam, dimulai dari keluarga hingga teman sebaya lalu memasuki lingkungan pendidikan formal dan berakhir dalam masyarakat, oleh karena itu keterlibatan semua pihak diperlukan guna ketercapaian pembentukan karakter pemimpin yang bisa memberi tauladan dan memberi motifasi  
Apabila pendidikan menjadi kewajiban bersama tidak hanya kewajiban lembaga pendidikan formal maka perlu usaha dari semua pihak yang terlibat dalam proses sosialisasi peserta didik. Agen-agen perubahan social : Sekolah, keluarga, institusi agama, media massa, teman sepermainan harus mampu menyatukan visi dan semangat pendidikan yang sesuai dengan ajaran Ki Hajar Dewantara. Lembaga pendidikan sebagai salah satu agen perubahan social yang berpengaruh dalam merubah pola pikir, sikap dan sifat orang menjadi lembaga yang mutlak harus dibenahi guna mengatasi permasalahan di atas. Sistem pendidikan nasional disusun  sehingga mampu menciptakan output-output yang mempunyai karakter unggul sebagai pemimpin, kurikulum dirancang dengan semangat merubah peserta didik menjadi tahu dan memiliki karakter pemimpin dalam semua disiplian keilmuan.
Keluarga sebagai agen perubahan lain juga berperan penting dalam internalisasi karakter pemimpin sebagaimana ajaran Ki Hajar Dewantara. Orang tua menjadi pihak pertama yang memberikan pemahaman mengenai kepemimpinan kepada anak, pola asuh yang ditandai dengan kekerasan fisik mapun psikis, anak terlalu dikekang, kurang menghargai persahabatan akan menciptakan pemimpin yang kurang menghargai sesame, otoriter, tidak punya empati dan lain-lain.     

0 comments:

Post a Comment

 

berbagi cerita dan menuai manfaat Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates