Wednesday, 5 September 2012

0 Terorisme di Solo


Kedua terduga teroris yang tewas tertembak dalam penyergapan Densus 88 di Solo, Jawa Tengah, masih berusia belia, 19 tahun. Keduanya diketahui bernama Farhan dan Muksin. Sementara, seorang terduga teroris lain yang tertangkap hidup di Karanganyar berinisial  B juga berusia 19 tahun. Ketiganya adalah eksekutor tiga kejadian teror berturut-turut di Kota Solo.

"Dari operasi tim Densus pada jumat malam, berhasil menangkap tiga tersangka, dua diantaranya tewas karena melakukan perlawanan yang kuat kepada petugas. Kedua tersangka tersebut berinisial F dan M, keduanya berumur 19 tahun. Untuk tersangka berinisial B ditangkap di Dusun Bulurejo, Gondangrejo, Karanganyar," kata Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo dalam keterangan pers di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (1/9/2012). Kapolri didampingi Kabareskrim Polri Komjen Pol Sutarman, Wakil Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo, Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Didik Sutomo Triwidodo dan Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Hardiono Saroso.

Dari hasil olah tempat kejadian perkara, polisi berhasil menyita satu pucuk pistol Pietro Bareta made in Italy. Pada salah satu sisi pistol tersebut terdapat tulisan PNP property Philipines National Police. Selain pistol, aparat kepolisian juga menyita 3 buah megazen, 43 peluru kaliber 9 mm Merek Luger, dan 9 holopoint CBC 9 MM, satu buah handphone, beberapa dokumen, dan surat surat tanda pengenal.

Menurut Kapolri pelaku teror berturut-turut di Solo adalah kelompok baru. Kepolisian masih mendalami kemungkinan keterkaitan jaringan tersebut dengan jaringan-jaringan yang sudah ada sebelumnya.

Di Jakarta, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Anang Iskandar, mengungkapkan, para pelaku merupakan jaringan lama yang memiliki hubungan dengan kelompok di Filipina. Para pelaku sudah diintai sebelumnya sampai pada akhirnya dibekuk setelah terlibat baku tembak dengan petugas Densus 88 Antiteror Polri. "Itu bagian dari jaringan lama yang ada di Filipina," kata
Pengamat keamanan Hermawan Sulistyo mengatakan, jaringan teroris di Solo diduga kuat tak terkait dengan jaringan Al Qaeda yang memiliki struktur yang solid. Hal ini tercermin, di antaranya, dari senjata yang digunakan, yakni pistol. Sementara itu, jaringan Al Qaeda, yang pernah dipimpin oleh Osama bin Laden, biasanya menggunakan bahan peledak.

"Lepas dari itu, jaringan teroris lama juga tinggal sedikit. Usia mereka pun sekitar 50 tahun," kata Hermawan kepada para wartawan di Jakarta, Sabtu

Hal lain yang membedakan antara jaringan teroris Solo dengan Al Qaeda adalah target sasarannya. Al Qaeda selalu menargetkan simbol-simbol Barat, sementara jaringan ini menargetkan kepolisian.

Hermawan, yang pernah menjadi staf ahli mantan Kapolri Bambang Hendarso Danuri, juga mengatakan, jaringan teroris di Solo ini eksis karena memiliki kesamaan ideologi dalam menciptakan aksi teror. Jaringan ini juga dikatakan mengalami kemunduran.

"Dilihat dari aksi dan senjata teror, mereka (teroris) mengalami kesulitan dana. Itu karena mereka tidak lagi menggunakan bahan peledak, namun hanya pistol yang ditujukan untuk menembak aparat. Dalam hal ini polisi adalah sasaran mereka," tambahnya.
Sumber: Kompas.com

0 comments:

Post a Comment

 

berbagi cerita dan menuai manfaat Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates